Menu

More on this category »

Thursday 30 June 2016

Paus Fransiskus mengatakan Gereja harus meminta maaf pada kaum gay





Pride Indonesia - Paus Fransiskus mengatakan Gereja Katolik Roma harus meminta maaf kepada para kaum gay atas cara-cara mereka dalam memperlakukan kalangan homoseksual.


Kepada para wartawan Paus menambahkan bahwa Gereja tidak punya hak untuk menghakimi komunitas gay, dan harus menghormati mereka.

Paus juga menambahkan Gereja harus meminta pengampunan dari orang-orang yang sudah terpinggirkan, baik dari kalangan perempuan, orang-orang miskin, dan anak-anak yang dipaksa bekerja.

Sikap positif Paus terhadap kaum homoseksual ini dipuji oleh banyak orang dalam komunitas gay, namun sebagian umat Katolik konservatif mengkritiknya dengan mengatakan pernyataan Paus bercabang soal moralitas seksual.

Berbicara kepada sejumlah awak media di pesawatnya sekembalinya dari Armenia, Paus mengatakan: "Saya akan mengulangi apa yang Katekismus Gereja katakan, bahwa mereka (kaum homoseksual] tidak boleh didiskriminasi, mereka harus dihormati, dan didampingi secara pastoral." Begitu ungkapan Paus sebagaimana dilansir dari BBC.

Paus Fransiskus mengatakan Gereja harus meminta pengampunan dari orang-orang yang telah terpinggirkan.

"Saya pikir Gereja bukan hanya harus meminta maaf kepada seorang gay yang merasa tersinggung, tetapi juga meminta maaf kepada orang-orang miskin, para wanita yang telah dimanfaatkan, juga pada anak-anak yang sudah dimanfaatkan (dipaksa untuk) bekerja. Harus meminta maaf karena telah diberkati dengan begitu banyak senjata. "

Pada tahun 2013, Paus Fransiskus menegaskan kembali posisi Gereja Katolik Roma bahwa tindakan homoseksual adalah dosa, namun orientasi homoseksual tidak.

“Jika seseorang berorientasi gay, mencari Tuhan, dan memiliki niat baik, apa saya punya hak untuk menghakimi mereka,” tuturnya lagi.

Dalam sambutan lainnya pada hari Minggu (26/6), Paus mengatakan dia berharap Uni Eropa akan pulih menyusul keputusan Inggris untuk meninggalkan organisasi itu.

"Ada sesuatu yang tidak berjalan dalam organisasi besar ini, tapi jangan melempar bayi keluar dengan air mandi, mari kita coba untuk memulai hal-hal, untuk menciptakan kembali," katanya.

Selama kunjungannya ke ibukota Armenia, Yerevan, Paus menjelaskan pembunuhan massal warga Armenia di bawah kekuasaan Turki Ottoman dalam Perang Dunia Pertama sebagai "genosida".

Turki selalu membantah jumlah orang yang tewas dan marah serta menolak istilah "genosida".
Wakil perdana menteri Turki, Nurettin Canikli menanggapi komentar Paus, dia "sangat menyayangkan" pernyataan Paus. Dirinya pun menambahkan komentar itu "mungkin untuk melihat semua refleksi dan jejak mentalitas tentara salib dalam tindakan kepausan".

Juru bicara Paus, Pastor Federico Lombardi, lantas mengatakan kepada para wartawan: "Paus tidak sedang berada pada perang salib. Dia juga sedang tidak mencoba untuk mengatur perang ataupun membangun dinding, tapi dia ingin menjembatani. Dia tidak mengatakan sepatah kata terhadap orang-orang Turki."

0 comments :

More on this category »