Pride Indonesia - Paus Fransiskus mengatakan Gereja
Katolik Roma harus meminta maaf kepada para kaum gay atas cara-cara
mereka dalam memperlakukan kalangan homoseksual.
Kepada para wartawan Paus menambahkan bahwa Gereja tidak punya hak untuk menghakimi komunitas gay, dan harus menghormati mereka.
Paus
juga menambahkan Gereja harus meminta pengampunan dari orang-orang yang
sudah terpinggirkan, baik dari kalangan perempuan, orang-orang miskin,
dan anak-anak yang dipaksa bekerja.
Sikap positif Paus terhadap
kaum homoseksual ini dipuji oleh banyak orang dalam komunitas gay, namun
sebagian umat Katolik konservatif mengkritiknya dengan mengatakan
pernyataan Paus bercabang soal moralitas seksual.
Berbicara kepada
sejumlah awak media di pesawatnya sekembalinya dari Armenia, Paus
mengatakan: "Saya akan mengulangi apa yang Katekismus Gereja katakan,
bahwa mereka (kaum homoseksual] tidak boleh didiskriminasi, mereka harus
dihormati, dan didampingi secara pastoral." Begitu ungkapan Paus sebagaimana dilansir dari BBC.
Paus Fransiskus mengatakan Gereja harus meminta pengampunan dari orang-orang yang telah terpinggirkan.
"Saya pikir Gereja bukan hanya harus meminta maaf kepada seorang gay
yang merasa tersinggung, tetapi juga meminta maaf kepada orang-orang
miskin, para wanita yang telah dimanfaatkan, juga pada anak-anak yang
sudah dimanfaatkan (dipaksa untuk) bekerja. Harus meminta maaf karena
telah diberkati dengan begitu banyak senjata. "
Pada tahun 2013,
Paus Fransiskus menegaskan kembali posisi Gereja Katolik Roma bahwa
tindakan homoseksual adalah dosa, namun orientasi homoseksual tidak.
“Jika
seseorang berorientasi gay, mencari Tuhan, dan memiliki niat baik, apa
saya punya hak untuk menghakimi mereka,” tuturnya lagi.
Dalam
sambutan lainnya pada hari Minggu (26/6), Paus mengatakan dia berharap
Uni Eropa akan pulih menyusul keputusan Inggris untuk meninggalkan
organisasi itu.
"Ada sesuatu yang tidak berjalan dalam organisasi
besar ini, tapi jangan melempar bayi keluar dengan air mandi, mari kita
coba untuk memulai hal-hal, untuk menciptakan kembali," katanya.
Selama kunjungannya ke ibukota Armenia, Yerevan, Paus menjelaskan
pembunuhan massal warga Armenia di bawah kekuasaan Turki Ottoman dalam
Perang Dunia Pertama sebagai "genosida".
Turki selalu membantah jumlah orang yang tewas dan marah serta menolak istilah "genosida".
Wakil
perdana menteri Turki, Nurettin Canikli menanggapi komentar Paus, dia
"sangat menyayangkan" pernyataan Paus. Dirinya pun menambahkan komentar
itu "mungkin untuk melihat semua refleksi dan jejak mentalitas tentara
salib dalam tindakan kepausan".
Juru bicara Paus, Pastor Federico
Lombardi, lantas mengatakan kepada para wartawan: "Paus tidak sedang
berada pada perang salib. Dia juga sedang tidak mencoba untuk mengatur
perang ataupun membangun dinding, tapi dia ingin menjembatani. Dia tidak
mengatakan sepatah kata terhadap orang-orang Turki."
0 comments :
Post a Comment