Menu

More on this category »

Remaja Transman Bunuh Diri setelah Perawat Rumah Sakit Terus Memanggilnya "Perempuan"

Kyler Prescott, saat itu berusia 14 tahun ketika ia meninggal, dia sedang diliputi rasa cemas dan depresi ketika akhirnya ia melakukan percobaan bunuh diri pada Mei 2015.

Ilmuwan Inggris Berada di Gerbang Penemuan Obat untuk HIV

Seorang pria Inggris yang hidup dengan HIV bisa menjadi orang pertama yang sembuh dari penyakit setelah Ilmuwan mengungkapkan berada pada ambang penemuan terhadap obat HIV yang mampu menyembuhkan secara permanen..

Pimpinan Gerakan LGBT Tunisia Di Temukan Dua Kali Melakukan Percobaan Bunuh Diri

Tidak mudah untuk berjuang dengan membawa bendera pelangi, Ahmed Ben Amor adalah seorang pemimpin hak-hak LGBT di Tunisia ditemukan telah melakukan percobaan bunuh diri untuk kedua kalinya dalam seminggu.

Benarkah, Tersangka Aksi di Bastille Seorang Biseksual?

Ada yang unik dari beberapa temuan di Aksi yang terjadi di Nice, Prancis saat perayaan Bastille Day kemarin.

Terapi HIV Menjadi Pencegahan HIV Bahkan Ketika Tidak Menggunakan Kondom

Dalam sebuah studi terbesar saat ini dengan mengguanakan 40.000 responden penelitian, peneliti Eropa menyimpulkan bahwa memungkinan orang yang hidup dengan HIV positif dan melakukan ART (Antiretoviral Teraphy) berhasil me'minimal'kan dampak paparan HIV kepada pasangan seksualnya.

Thursday 6 October 2016

Remaja Transman Bunuh Diri setelah Perawat Rumah Sakit Terus Memanggilnya "Perempuan"


Pride Indonesia - Seorang remaja transman bunuh diri setelah selalu diejek oleh karyawan rumah sakit yang terus menerus memanggilnya 'Seorang perempuan'.

Kyler Prescott, saat itu berusia 14 tahun ketika ia meninggal, dia sedang diliputi rasa cemas dan depresi ketika akhirnya ia melakukan percobaan bunuh diri pada Mei 2015.

Beberapa minggu sebelum kematiannya, remaja asal Southern California ini sedang dirawat di Rumah Sakit Anak Rady, di San Diego, di unit psikiatri remaja untuk menangani upaya bunuh dirinya selama kurang lebih 72 jam.

Tapi ketika dia ditahan di sana, karyawan rumah sakit terus menyatakan bahwa Kyler sebagai seorang gadis. Dari titik itu mulai muncul persoalan yang jauh lebih mendalam.

"Dia panik" kata ibunya Katherine Prescott. "Mereka justru membuatnya menjadi lebih buruk. Mereka benar-benar membuat dia makin trauma.

Minggu ini Prescott telah mengajukan gugatan perdata terhadap rumah sakit di Pengadilan Distrik AS di Southern California, dan mengklaim bahwa tenaga medis telah melanggar hukum federal dan negara bagian yang seharusnya melindungi setiap pasien terhadap diskriminasi selama Kyler dirawat.

Meskipun Prescott mengajukan tuntutan, namun dia tidak menyalahkan rumah sakit atas kematian anaknya, dia hanya ingin merasa bahwa setiap Rumah Sakit harus bertanggung jawab dan tentunya untuk 'memastikan bahwa tidak terjadi pada anak-anak lain.

'Ketika anak saya putus asa, saya percayakan pada Rumah Sakit Anak Rady dengan harapan akan menyelamatkan anak saya dan menyejahterakannya,". Kata Prescott pada Washington Post.

'Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang aman yang membantu orang-orang ketika mereka membutuhkan. Alih-alih pulih di rumah sakit, Kyler justru memburuk karena staf Rumah Sakit terus membuatnya makin trauma dengan berulang kali memperlakukan dia sebagai seorang gadis dan mengabaikan masalah kesehatannya secara serius.

"Ini menyakitkan untuk dapat mengungkapkan masalah ini, tapi saya ingin memastikan tidak ada orang tua lain atau anak yang lain harus melalui kasus semacam ini lagi."

Rumah Sakit Anak Rady di San Diego memiliki Klinik Kelamin untuk membantu orang-orang muda yang berurusan dengan dysphoria gender mereka.

Dalam sebuah pernyataan, rumah sakit mengatakan "Pihak Rumah Sakit memberikan perawatan untuk pasien dan keluarga yang Terbaik sebagai prioritas utama".

"Saat ini, pihak Manajemen Rumah Sakit Anak Rady memilih untuk tidak mengomentari masalah hukum tersebut, setiap tuduhan kesalahan dalam manajemen, termasuk masalah diskriminasi, akan diselidiki secara menyeluruh dan ditindaklanjuti,". Uangkap mereka.

Kyler menulis puisi dalam minggu-minggu menjelang kematiannya.

"Aku sudah mencari dia selama bertahun-tahun, tapi saya tampaknya tumbuh bersama dia dengan melewatinya setiap hari"

"Dia terjebak di dalam tubuh ini, dibungkus dalam rantai masyarakat yang menjaga dia dari keinginan untuk melarikan diri."

"Tapi suatu hari aku akan mematahkan rantai yang diberikan orang-orang. Suatu hari aku akan membebaskannya.

"Dan aku pada akhirnya akan melihat ke cermin. Dan melihat diri saya -

'Menjadi Lelaki yang sesungguhnya. "

Tuesday 4 October 2016

Ilmuwan Inggris Berada di Gerbang Penemuan Obat untuk HIV


Pride Indonesia - Seorang pria Inggris yang hidup dengan HIV bisa menjadi orang pertama yang sembuh dari penyakit setelah Ilmuwan mengungkapkan berada pada ambang penemuan terhadap obat HIV yang mampu menyembuhkan secara permanen.

Para ilmuwan dan dokter dari lima universitas terkemuka di Inggris bekerja sama dalam merancang obatnya. 50 orang mengambil bagian dalam percobaan pengobatan dan satu pasien menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mungkin sembuh.

Pada tes awal pasien yang berusia 44 tahun ini telah tidak lagi menemukan HIV dalam sistem tubuhnya. Namun, mereka yang bekerja pada program percobaan berharap untuk menunggu beberapa bulan lagi sebelum memastikan apakah pengobatan benar-benar telah bekerja sepenuhnya.

Terapi baru dikembangkan dengan cara berbeda dalam proses pengobatan HIV lainnya yang hanya mampu menekannya saja karena pada akhirnya mulai membuat pengobatan yang mampu menjadikan sel aktif yang terpapar sevagai target untuk menghancurkan HIV di setiap bagian tubuh.

Jika tes inimampu membuktikan, maka penelitian ini  akan menjadi sukses dan mampu menjadi obat yang permanen untuk HIV.

Seperti dilansir oleh The Times, seorang pasien, yang bekerja pada perawatan sosial di London, mengatakan: "Ini akan menjadi temuan besar jika obatnya telah berhasil. tes darah terakhir saya beberapa minggu yang lalu tidak ada virus yang terdeteksi."

"Namun, itu bisa saja terjadi karena terapi anti-retroviral, jadi kami harus menunggu untuk memastikan."

"Saya mengambil bagian dalam percobaan untuk dapat membantu orang lain serta diri sendiri. Ini akan menjadi prestasi besar, setelah bertahun-tahun, sesuatu yang ditemukan untuk menyembuhkan orang dari penyakit ini. Fakta bahwa saya adalah bagian dari percobaan itu yang akan menjadi luar biasa," tambahnya.

Para ilmuwan dan dokter telah mengakui bahwa hasil tes darah menunjukkan HIV tidak terdeteksi dari hasil tes awal. Ini bisa saja menjadi penyebab obat konvensional pasien telah mengambil alih sementara dan dapat membersihkan tubuh dari penyakit.

Pengobatan ini berbeda dari yang biasa digunakan dalam anti-retroviral therapy (Art) karena targetnya adalah sel aktif yang terinfeksi penyakit tersebut.

Mark Samuels, direktur National Institute for Health Research Office for Clinical Research Infra­structure, yang mendirikan konsorsium medis, mengatakan: "Ini adalah salah satu upaya serius pertama menciptakan obat untuk HIV yang secara permanen. Kami sedang menjajaki kemungkinan nyata menyembuhkan HIV. Ini adalah tantangan besar dan itu masih hari-hari awal tapi kemajuan telah luar biasa. "
Oxford, Cambridge, Imperial College London, University College London dan King College London telah berkolaborasi pada penelitian ini.

Profesor Sarah Fidler, seorang dokter konsultan di Imperial College London, mengatakan: "Terapi ini dirancang khusus untuk membersihkan tubuh dari semua virus HIV, termasuk yang aktif."

"Obat ini telah bekerja di laboratorium dan ada bukti yang baik bahwa obat tersebut akan bekerja pada manusia juga, tapi kita harus menekankan bahwa kita masih berproses dari setiap terapi pengobatan yang sebenarnya."

"Kami akan melanjutkan tes medis untuk lima tahun ke depan dan saat ini kami tidak merekomendasikan untuk berhenti ART tapi di masa depan tergantung pada hasil tes kita dapat eksplorasi selanjutnya."

Saat ini, pengobatan untuk HIV masih menggunakan ART (Anti-retroviral Therapy) yang dilakukan seumur hidup. Namun, sejumlah pengobatan baru yang sedang dikembangkan untuk penyakit ini, termasuk pra pajanan.

Pre-Exposure Profilaksis (PrPP) obat Truvada bisa mengurangi kemungkinan orang terinfeksi HIV hingga 99 persen, jika diminum setiap hari.

Wednesday 20 July 2016

Pimpinan Gerakan LGBT Tunisia Di Temukan Dua Kali Melakukan Percobaan Bunuh Diri



Pride Indonesia - Tidak mudah untuk berjuang dengan membawa bendera pelangi, Ahmed Ben Amor adalah seorang pemimpin hak-hak LGBT di Tunisia ditemukan telah melakukan percobaan bunuh diri untuk kedua kalinya dalam seminggu setelah menghadapi banyaknya ancaman kematian.

Ahmed Ben Amor, wakil presiden dari organisasi kelompok LGBTI Shams, diketahui dalam koma setelah mencoba menelan puluhan pil.

sebagaimana dilaporkan dari GSN, Dia menghadapi gelombang kebencian dan ancaman setelah tampil di TV untuk berjuang mengakhiri hukum yang mengkriminalkan LGBT di Tunisia.

Pada hari Sabtu, ia metelan pil tak lama setelah tiba di rumah dari usaha bunuh diri pertamanya. teman sekamarnya tiba di rumah sekitar setengah jam setelah ia menelan pil dan menemukan aktivis tersebut masih terlihat sadar dan melarikanya ke RS.
"Aku ingin mati," kata Ahmed, sebelum kehilangan kesadaran.
Dia dilarikan ke rumah sakit di mana dia setelah kehilangan kesadaran, pada saat dilakukan pemeriksaan melalui Skala Glasgow goma dinyatakan bahwa dirinya berada pada tingkatan paling rendah di mana ia tidak bisa membuka matanya dan tidak dapat berbicara atau bergerak.

Dokter mengatakan kemungkinan bertahan hidup 'sangat tipis'.

'Maaf aku melepaskan segalanya,' Ahmed menuliskan status di Facebook dari ranjang rumah sakit setelah upaya percobaan bunuh diri di awal pertamanya. "Aku tidak mungkin dapat berkompromi dengan itu, saya tidak bisa berurusan dengan ancaman pembunuhan, seperti sebuah panggilan untuk penggantungan." ungkapnya.

'Kematian jauh lebih baik daripada mengingkari kebenaran".



Ahmed menerima gelombang ancaman pembunuhan dan ungkapan kebencian setelah ia tampil di sebuah talkshow yang sangat populer di negeri tersebut "Klam a Naas", mengundangnya dalam rangka kampanye yang dia lakukan untuk menyerukan diakhirinya hukum sodomi di Tunisia.

Banyak pemirsa terkejut dan melihat acara tersebut sebagai bagian dari promosi hak LGBTI di televisi nasional yang akhirnya membuatnya harus memilih untuk mengasingkan diri, mendapatkan serangan fisik ataukah dibunuh.

Setelah Ahmed mencoba bunuh diri untuk pertama kalinya, Hamad Sinno, vokalis dari band rock Labanese Mashrou 'Leila, membantu untuk memulai kampanye melalui Twitter dengan hashtag #WeLoveYouAhmed.



Hukum Tunisia menghukum seseorang yang melakukan sodomi meskipun atas kesepakatan antara orang dewasa dengan ancaman penjara sampai tiga tahun. Transgender, dan mereka yang LGBTI, sering dituduh dan didakwa dengan tuduhan sebagai penjahat yang melakukan 'Penghinaan terhadap kesusilaan umum'.

Temannya Conor Michael mengatakan: "Meskipun mengalami peristiwa tragis yang telah dialaminya minggu ini, Ahmed telah menjadi bintang yang sangat bersinar bagi pergerakan LGBT di Tunisia.

"Keberanian dan keteguhan hatinya dalam menghadapi gelombang kebencian yang begitu besar telah menjadi inspirasi bagi begitu banyak orang. Meskipun iklim di Tunisia tetap homophobic, yang dilakukan Ahmed dalam membawa pergerakan Hak-Hak LGBT ke mata publik telah memicu perdebatan sengit tentang topik LGBT, dimana sebagian besar orang nyaris tidak pernah dibahas sebelumnya."

'. Singkatnya, ia telah memberikan dampak positif bagi negaranya'

Berikut video talkshownya :



Tuesday 19 July 2016

Benarkah, Tersangka Aksi di Bastille Seorang Biseksual?

Pride Indonesia - Ada yang unik dari beberapa temuan di Aksi yang terjadi di Nice, Prancis saat perayaan Bastille Day kemarin yang dilakukan oleh Mohamed Labouaiej Bouhlel.

Sebagaimana di lansir dari LGBT Nation dan Gay Star News, mengungkapkan Sebuah ponsel milik pembunuh saat perayaan Bastille Day di Nice, Prancis, Mohamed Labouaiej Bouhlel, dilaporkan berisi pesan, foto, dan video dari kekasihnya, baik pria maupun wanita.

Gay Star News melaporkan bahwa menurut saluran berita TV BFM, Bouhlel memiliki banyak foto narsis dan merekan hubungan seksualnya dengan pasangannya.

CBS News melaporkan ia juga menggunakan telepon untuk melakukan pencarian mengenai pembantaian yang terjadi di Orlando yang menewaskan 49 orang di sebuah klub malam gay bulan lalu, dan di klaim sebagai propaganda ISIS. Kelompok ini mengklaim Bouhlel adalah "Seorang Prajurit Islam."

Sekitar 200 petugas polisi dilaporkan menyelidiki data yang ditemukan pada ponsel, yang di pulihkan saat ditemukan dari truk yang digunakan Bouhlel untuk membunuh 84 orang pekan lalu dengan menembak dan mengendarai menabrakkan diri ke peserta yang mengikuti Bastille Day sepanjang jalan Promenade des Anglais.

Polisi akhirnya mengambil tindakan dengan menembak mati.

Dari ponsel ini juga dikabarkan mengungkapkan ia sering beermain fitnes dan mengunjungi bar, dan terungkap juga bagaimana dirinya menggunakan ponsel untuk berselancar mengunjungi website yang menunjukkan eksekusi oleh ISIS.

BBC melaporkan istrinya meninggalkan dia karena "Perilaku kekerasan" Saudaranya mengatakan kepada CBS News bahwa dia telah diindoktrinasi oleh kelompok teror dalam beberapa minggu terakhir.

Thursday 14 July 2016

Terapi HIV Menjadi Pencegahan HIV Bahkan Ketika Tidak Menggunakan Kondom



Pride Indonesia - Dalam sebuah studi terbesar saat ini dengan mengguanakan 40.000 responden penelitian, peneliti Eropa menyimpulkan bahwa memungkinan orang yang hidup dengan HIV positif dan melakukan ART (Antiretoviral Teraphy) berhasil me'minimal'kan dampak paparan HIV kepada pasangan seksualnya - bahkan jika mereka secara teratur melakukan seks penetratif tanpa menggunakan kondom.

Melihat 888 pasangan dengan menggunakan sero-survey pada pasangan diskordan (di mana satu adalah HIV positif dan pasanganya HIV negatif), tidak ada satupun pasangan dari HIV positif yang terinfeksi HIV dari pasangan mereka selama penelitian. Penelitian sebelumnya telah memperkirakan bahwa penurunan risiko penularan sekitar 93%.

Studi yang dilakukan oleh PARTNER, merupakan riset kerjasama antara para peneliti di University of Liverpool, University College London, Royal Free NHS dan Rumah Sakit Rigshospitalet di Denmark. Hasilnya diterbitkan kemarin (12/7) dalam Journal of American Medical Association (JAMA).

Peneliti memonitor 888 pasangan dari 14 negara Eropa yang berbeda selama beberapa tahun (semua subjek direkrut antara 2010-2014, rata-rata studi dilakukan selama 1,3 tahun). Dari jumlah tersebut, 548 adalah heteroseksual dan 340 laki-laki gay.

Semua responden HIV positif dalam penelitian itu melakukan pengobatan antiretroviral secara rutin; mereka telah mendapatkan intervensi terhadap pengobatan HIV selama lebih dari enam bulan ketika memulai penelitian.

Secara total, dari 40.000 responden tersebut terungkap bahwa insiden penularan yang diakibatkan oleh hubungan seksual tanpa kondom oleh pasangan tersebut dinyatakan tidak ditemukan adanya penularan HIV.

Survei lain telah menemukan hasil yang sama, tetapi mereka cenderung melihat hanya pada pasangan heteroseksual dan dalam skala responden yang sangat kecil.

Sebelas orang terinfeksi HIV selama dalam proses penelitian tersebut - tetapi bukan dari hubungan seksual dengan pasangannya tersebut.

Para peneliti memang mencatat bahwa ada 11 orang dari pasangan responden tersebut menjadi HIV positif selama studi yang dilakukan oleh PARTNER tersebut. Namun, saat mempelajari DNA dari virus, mereka menyimpulkan bahwa orang-orang ini tidak menjadi positif dari pasangan mereka tersebut, tetapi dari sumber lain (misalnya dari kemungkinan memiliki pasangan seksual tanpa kondom dengan orang lain).

Peneliti dari Liverpool University, Profesor Anna Maria Geretti, mengatakan : "Virus HIV dapat dibagi menjadi beberapa sub-kelompok, masing-masing memiliki karakteristik genetik tersendiri, dan ini memungkinkan kami melihat apakah virus secara genetik mirip dengan pasangan mereka atau tidak. Dalam semua kasus, hasil penelitian menunjukkan bahwa virus itu berasal dari orang lain selain pasangan yang menjadi responden yang melakukan terapi pengobatan."

Mereka memberikan catatan bahwa pasangan yang bersedia untuk mengambil bagian dalam studi ini tidak mewakili mereka yang HIV positif pada umumnya yang biasa digunakan dalam penelitian, dan bahwa mereka yang HIV positif dan mengikuti studi ini belajar untuk lebih termotivasi secara ketat mematuhi terapi pengobatan HIV mereka.

Mereka mengatakan bahwa semua memiliki tingkat viral load (Jumlah copy virus) hampir tidak terdeteksi (Plasma viral load HIV kurang dari 200 kopi /mL).

Profesor Jens Lundgren dari Rigshospitalet, penulis senior dalam riset dan kepala CHIP (Pusat Kesehatan dan Penyakit Menular), mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Hasil penelitian jelas menunjukkan bahwa diagnosis dini HIV dan akses ke pengobatan yang efektif sangat penting untuk mengurangi jumlah kasus HIV baru".

"Begitu pasien dinyatakan dengan HIV positif dan melakukan terapi pengobatan antiretoviral maka terapi tersebut mampu menekan viral load, dan risiko penularan menjadi sangat minimal."

"Ini adalah salah satu riset yang terbesar dalam perkembangan pengetahuan kita tentang HIV"

Namun, Ludgren tetap menggambarkan faktor risiko dengan ungkapan 'minimal', JAMA menyimpulkan bahwa, "Risiko tidak nol dan jumlah sebenarnya tidak diketahui, terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti LSL [lelaki yang berhubungan seks dengan laki-laki]."

Pasangan gay dalam penelitian ini akan terus dipantau selama tiga tahun untuk memperoleh data lebih lanjut - terutama dalam kaitannya dengan anal seks. 20% dari pasangan heteroseksual dalam penelitian ini, juga dilaporkan melakukan seks anal.

Berita tersebut disambut dengan mendapatkan tanggapan yang berbeda-beda oleh mereka yang memiliki hubungan dalam isu ini. Namun bagi mereka yang bekerja di bidang kesehatan seksual menyambut sangat baik hasil penelitan ini.

Simon Collins, menulis untuk i-Base perwakilan masyarakat yang menjadi dewan penasehat dari studi PARTNER ini, mengatakan bahwa meskipun tetap masih ada anggapan bahwa 'tidak ada risiko' yang didapatkan dan tidak bisa menjadikanya 'tidak ada resiko sama sekali', temuan dalam penelitian ini memberikan, "Perkiraan paling jelas tentang faktor risiko yang sebenarnya dari pertanyaan penularan HIV ketika orang dengan HIV positif memiliki viral load yang tidak terdeteksi kepada pasanganya yang negatif dan bahwa faktor risiko penularannya secara efektif menjadi nol ".

Dr Michael Brady, Direktur Medis di Terrence Higgins Trust, mengatakan, "Kami sekarang dapat mengatakan dengan keyakinan bahwa jika Anda minum obat HIV seperti yang ditentukan, dan memiliki viral load tidak terdeteksi selama lebih dari enam bulan, Anda tidak bisa memaparkan HIV kepada pasangan Anda, dengan atau tanpa kondom. Risiko secara efektif menjadi nol."

"Ini adalah salah satu penelitian yang terbesar dalam perkembangan pengetahuan kita tentang HIV sejak ART pertama kali diperkenalkan sekitar 20 tahun yang lalu. Ini memiliki potensi untuk menghilangkan stigma, diskriminasi dan mitos yang begitu banyak untuk orang yang hidup dengan HIV setiap hari; terutama di sekitar isu tentang risiko penularan HIV. "

Anthony Hayes, Wakil Presiden, dari Divisi Humas dan Kebijakan, GMHC New York , mengungkapkan pernyataan yang dikutip dari GSN bahwa survei tersebut memperkuat pentingnya orang mengetahui status mereka sedini mungkin sehingga mereka bisa menerima pengobatan yang tepat sedini mungkin juga.

"GMHC mejadi memiliki waktu yang cukup untuk memberikan alasan dukungan kepada orang untuk menggunakan ARV sesegera mungkin setelah mereka didiagnosis dengan HIV positif. Karena hal ini menyebabkan mereka mampu menekan viraload-nya akan membuat mereka hampir tidak mungkin menularkan virus. Tidak hanya peningkatan kesehatan yang optimal dengan bantuan ARV,  tetapi mereka juga sekaligus bertindak dalam proses pencegahan HIV. "

Wednesday 13 July 2016

Imam Masjid di Irlandia mengudang LGBTIQ untuk Berbuka Bersama



Pride Indonesia - Menjelang berakhirnya bulan Ramadhan kemarin, Sebuah kelompok Muslim di Irlandia mengundang LGBT lokal untuk pesta makan malam dalam rangka perayaan Ramadan dalam kegiatan berbuka puasa bersama.

Pada hari Sabtu (2/7), Dewan Muslim untuk Perdamaian dan Kebersamaan Irlandia mengundang berbagai kelompok individu dari luar Islam untuk mengadakan buka puasa bersama.

Sebelum kegiatan, selaku Imam dan ketua dewan, Syaikh Dr. Umar Al-Qadri, mengumumkan melalui akun Facebook-nya bahwa dia bersemangat untuk bertemu orang-orang dari komunitas LGBT Irlandia. 

Dr. Umar Al-Qadri juga berkomentar bahwa tujuannya untuk mengundang berbagai kalangan dari luar Islam akan menunjukkan 'Contoh cita-cita Islam yang benar dan ideal.'

'Saat dimana lebih dari satu miliar Muslim di seluruh dunia merayakan Ramadhan dengan menjalankan puasa dan menghargai segala limpahan rahmat yang diberikan kepada kita, sama pentingnya bagi komunitas Muslim Irlandia untuk menjangkau tetangga kita untuk menunjukkan contoh cita-cita Islam yang benar dan ideal," Katanya.

Puasa selama bulan Ramadhan dijalani dari fajar hingga matahari terbenam dan menahan diri untuk tidak makan dan minum, dan merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Melalui hari, muslim yang berpuasa harus menahan diri dari makan, minum, merokok, seks, dan kesenangan lainnya sampai malam datang. Makanan yang menandai akhir dari hari itu puasa mereka sebut sebagai Iftar.

Pertemuan yang digelar di Dublin ini juga dihadiri oleh Ummat Yahudi korban holocaust yang selamat dan pembicara tamu Tomi Reichental.

Dr. Al-Qadri dikenal menjadi salah satu pendukung yang sangat vokal bagi komunitas LGBT Irlandia.

Setelah tragedi Orlando, penembakan klub malam yang menewaskan 49 orang dan melukai 53 lainnya, Dr. Al-Qadri berdiri membangun solidaritas bersama dengan komunitas LGBT.

"Saya berdiri dengan komunitas LGBT dan terhadap marginalisasi kelompok manapun," katanya. "Ini seharusnya tidak terjadi. Kami adalah minoritas bagi diri kita sendiri, kita memahami apa itu diskriminasi. "

Dia menambahkan: 'Agama kami mengajarkan untuk tidak merugikan siapa pun tanpa memandang agama atau latar belakang mereka. Kita semua beragam, namun kita semua berbagi dalam satu hal - kemanusiaan kita.

'Menjadi LGBT bukanlah dosa, itu bukan sesuatu yang bisa Anda temukan dalam Quran. Kita tidak bisa memperlakukan mereka berbeda.

Berikut kemeriahan kegiatan berbuka bersama komunitas marginal di Irlandia yang diambil dari Facebook sang Imam :




Imam Pertama di Australia yang Terbuka sebagai Gay


Pride Indonesia - Namanya Nur Warsame, dia adalah imam Muslim pertama di Australia yang terbuka sebagai seorang Gay berbicara dalam sebuah Proyek yang dinamakan Project Waleed Aly, di mana dalam proyek tersebut membuka tantangan kepada pemimpin spiritual yang bersedia datang dengan tuuan mendamaikan identitas seksual dan agamanya:

"Ini menjijikkan, karena Kamu akan mengalami dampak Islamophobia secara ganda, baik dari masyarakat non-Muslim yang mayoritas dan beberapa di komunitas LGBT secara bersamaan."

Risiko dari terbuka dalam komunitas Muslim, ia mengungkapkan dampak yang akan diterima sangat "besar" seperti "Kamu akan dikucilkan, Kamu akan singkirkan, Kamu mendapatkan risiko kehilangan semuanya bahkan hidupmu. Saat ini, di berbagai belahan dunia." Sebagai seorang imam, Warsame memimpin kelompok bagi Muslim LGBT dan telah sangat vokal bersuara tentang bagaimana sulitnya untuk coming out.



"Aku memutuskan menggunakan cerita hidupku untuk berusaha mencoba dan membuat sebuah perubahan," katanya, sambil menceritakan bagaimana dia menjalani kehidupan ganda dan bagaimana usaha bunuh dirinya. Sebelum terbuka tentang seksualitasnya, Warsame sendiri sudah memiliki istri dan satu anak.

Pemimpin agama Muslim dan menjadi imam pertama di negaranya yang terbuka tentang seksualitasnya pada bulan Mei tahun ini. Warsame menekankan mendesak kepada negara bagaimana sulitnya konflik antara identitas diri dan agamanya, dan berharap atas perlindungan dibawah undang-undang. Pada tragedi Orlando, Warsame menyebutnya sebagai "Contoh paling komgkrit bagaimana ketertekanan diri dapat menyebabkan munculnya kekerasan" dan timbul sebagai sebuah lingkatan ketakutan yang sangat destruktif.

Namun, dia mengatakan dia optimis bahwa orang akan bersedia untuk mau bergerak maju dari apa yang disebutnya keyakinan yang terlalu kolot dan ketinggalan jaman. Warsame memberikan komentar bahwa itu  menjanjikan menjadi bagian yang berbeda bagaimana dunia menanggapi isu tersebut, Warsame mengatakan, "Saya percaya bahwa kami memiliki kesempatan besar sekarang untuk mengatasinya pada perspektif agama, tingkat budaya, dan tingkat sosial."

Sebuah proyek yang akan memberikan kekuatan dalam LGBTQ Muslim untuk berjuang dan berusaha menghubungkan diri dengan kelompok Marhaba. Di Amerika Serikat, yang merupakan Aliansi Muslim Untuk Keanekaragaman Seksualitas dan gender untuk dapat memberikan dukungan bagi  LGBTQ Muslim.

Kalo ingin melihat videonya bisa dilihat disini


More on this category »